![]() |
ist/gadalombok.co RAKOR : Asisten II Setdakab Lombok Timur, bersama sejumlah kepala OPD dan kepala bagian, mengikuti Rakor Bahas stabilitas ekonomi dan harga pangan, secara virtual. |
LOMBOK TIMUR I gadalombok.co – Jelang lebaran Idul Fitri, Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Timur (Lotim), mengikuti rapat koordinasi membahas stabilitas ekonomi dan harga pangan. Rakor yang di ikuti secara virtual itu, di pimpin langsung Menteri Dalam Negeri (Mendagri) H Tito Karnavian, (24/3)
Mendagri, H Tito Karnavian, menegaskan, Presiden menyoroti beberapa faktor yang memicu persepsi negatif masyarakat terhadap perekonomian, seperti penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Mendagri menekankan, pentingnya representasi analisis Menteri Keuangan terkait perekonomian, dan analisis Kemendagri terkait inflasi dan realisasi belanja, untuk memperkuat pemahaman masyarakat akan kondisi perekonomian negara.
"Dua indikator itu sangat penting, untuk memastikan narasi yang konsisten dan akurat kepada masyarakat, guna menghindari pemahaman yang salah,"katanya.
Dijelaskan, Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tingkat global. Saat ini, pertumbuhan tahunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indonesia menduduki peringkat ke-41 dari 185 negara. Di antara negara-negara G20, Indonesia berada di peringkat ke-3 dari 24 negara, sementara di ASEAN menempati posisi ke-5 dari 11 negara.
Sementara itu, tingkat inflasi Indonesia berada di peringkat ke-13 dari 186 negara, peringkat ke-2 di G20, dan peringkat ke-3 di ASEAN.
"Trend inflasi nasional secara year-on-year (y-on-y), yang tercatat sebesar -0,09 persen, masih tergolong stabil dibandingkan dengan negara lain. Meskipun terjadi kenaikan harga di beberapa sektor,"ucapnya.
Mendagri menekankan, setiap daerah harus memperhatikan kondisi inflasi di wilayahnya, dan mengidentifikasi komoditas yang mempengaruhi kenaikan harga.
"Kami minta pemerintah daerah segera mengambil langkah-langkah terbaik untuk menekan angka inflasi agar tetap terkendali,"tekannya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan perkembangan harga dan ketersediaan pasokan komoditas, khususnya menjelang Ramadhan 2025. Ia menyoroti kenaikan harga cabai rawit, yang disebabkan curah hujan tinggi, dan serangan hama patek di beberapa daerah. Data BPS mencatat bahwa, pada Minggu ketiga bulan Maret 2025, kenaikan harga terjadi di 228 Kabupaten dan Kota. Sedangkan penurunan terjadi di 63 Kabupaten dan Kota.
Selain itu, 30 Provinsi mengalami kenaikan Indeks Perubahan Harga (IPH). Sementara 8 Provinsi mengalami penurunan IPH dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas utama yang menjadi andil kenaikan IPH adalah cabai rawit dan bawang merah.
"Untuk Provinsi NTB, tingkat inflasi tercatat sebesar -0,01 persen, dengan IPH mencapai 4,52 persen. Khususnya Lombok Timur, tercatat IPH sebesar 4,84 persen, menempati urutan ke-4 se-NTB dan peringkat ke-19 se-Indonesia,"sebutnya seraya mengatakan, Cabai rawit menjadi komoditas utama yang mempengaruhi inflasi di daerah ini dengan kontribusi sebesar 5,4548 persen, diikuti oleh cabai merah sebesar 0,0285 persen. (gl)
Komentar